Bahagianya Orang Ikhlas
Berpikirlah terus, bagaimana caranya agar
amal kita diterima Allah. Tidak usah mengharap balas jasa, pujian, atau
keuntungan sesaat.
"Ketahuilah, hari ini adalah hari Allah.
Tidak boleh ada kesombongan dan sikap melampaui batas. Ikhlaskan niat
kalian untuk berjihad dan carilah ridha Allah dengan amal kalian".
Inilah yang disampaikan Khalid bin Walid di hadapan komandan pasukannya
menjelang Perang Yarmuk.
Tak lama kemudian, datanglah utusan
Khalifah membawa sepucuk surat untuk Khalid bin Walid. "Pedang Allah"
ini segera membacanya. Di dalamnya tercantum beberapa hal, termasuk
berita wafatnya Khalifah Abu Bakar dan dan beralihnya kendali
kekhalifahan ke tangan Umar bin Khathab. Yang terpenting, Khalifah Umar
mencopot jabatan panglima perang yang disandang Khalid bin Walid, dan
mengangkat Abu Ubaidah bin Jarrah sebagai penggantinya.
Bagaimana
sikap Khalid? Ia menerima pemberhentian tersebut dengan sikap ksatria.
Tidak sedikit pun kekecewaan dan emosi terpancar dari wajahnya. "Aku
tidak berperang untuk Umar. Aku berperang untuk Tuhannya Umar," demikian
ungkapnya.
Ia segera mendatangi Abu Ubaidah bin Jarrah untuk
menyerahkan kendali kepemimpinan. Setelah itu ia berperang habis-habisan
di bawah komando mantan anak buahnya tersebut. Padahal, masa itu adalah
masa keemasan Khalid bin Walid.
Saudaraku, betapa bahagianya
Khalid bin Walid. Lihatlah, betapa mudahnya ia menyerahkan jabatan
kepada anak buahnya, lalu berperang habis-habisan sebagai seorang
prajurit. Orientasi perjuangannya adalah Allah, bukan jabatan, ketenaran
dan kepuasan nafsunya.
Kita harus mulai mengevaluasi diri. Boleh
jadi kita sibuk beramal, namun tidak sibuk menata niat. Sehingga
amal-amal yang kita lakukan tidak ada nilainya di hadapan Allah. Seorang
ibu mengandung selama sembilan bulan, ia tidak mendapatkan apa-apa
selain rasa sakit, bila kehamilannya itu disikapi dengan keluhan.
Demikian pula seorang bapak yang siang malam bekerja, ia tidak
mendapatkan apa-apa selain rasa lelah, bila tidak karena Allah. Karena
itu, jangan hanya sibuk beramal, tapi sibukkan pula dengan meluruskan
niat.
Bagaimana agar kita bisa ikhlas? Tekniknya sederhana.
Pusatkan pikiran dan amal hanya untuk Allah. Berpikirlah, bagaimana agar
amal kita diterima Allah. Titik. Tidak usah mengharap balas jasa,
pujian, atau keuntungan sesaat. Lakukan yang terbaik, sampaikan dengan
cara terbaik, berikan yang terbaik, dan dengan hati terbaik.
Saudaraku,
orang ikhlas itu pasti bahagia dalam hidupnya. Sebab, Allah SWT akan
menganugerahkan enam ciri (keutamaan) dalam hidupnya.
[1] Jarang
kecewa terhadap dunia. Orang ikhlas tidak mengharapkan apapun dan dari
siapapun. kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari
mempersembahkan. Sebaliknya, orang yang tidak ikhlas akan banyak kecewa
dalam hidup, karena banyak berharap dari makhluk.
[2] Tidak
pusing dengan penghargaan. Baginya orang ikhlas dipuji atau dicaci sama
saja, asalkan apa yang ia lakukan benar caranya dan lurus niatnya.
[3]
Tidak membeda-bedakan amal besar dan amal kecil. Orang ikhlas tidak
sibuk melihat besar kecilnya amal. Ia hanya sibuk dengan apa yang
disukai Allah. Tidak ada yang kecil di hadapan Allah. Yang kecil
hanyalah amal yang tidak ikhlas.
[4] Nikmat berbuat amal.
Kebahagiaannya bukan dari mendapatkan pujian, namun dari optimalnya
amal. Karena itu, orang ikhlas akan tangguh dan istikamah dalam ibadah.
[5]
Tidak menonjolkan "bendera". Orang ikhlas tidak berjuang untuk satu
kelompok tertentu. Ia berjuang hanya untuk Islam. Kelompok/bendera
hanyalah sarana/alat untuk mencapai tujuan.
[6] Tidak ditipu
setan. Allah SWT mengabadikan ucapan Iblis dalam Alquran. "_pasti aku
akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang
ikhlas" (QS Al Hijr [15]: 39-40). Wallaahu a'lam.
Posted as my facebook on May 3, 2010 at 10:07pm
Setuju, orang yang bahagia adalah orang selalu sabar :D
BalasHapusAirsoft Gun Murah
Artikel yang menarik :)
BalasHapus